UstadzDr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى Silsilah Al-Ushulu Ats-Tsalasah بسم اللّه الرحمن الرحيم السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه Halaqah yang ke-98 dari Silsilah
السلامعليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Halaqah yang ke-19 dari Silsilah 'Ilmiyyah Beriman Dengan Kitab-kitab Allah adalah tentang "Kitab Al-Quran Bagian yang Kelima" Sebagian nama-nama dan sifat-sifat Al-Quran yang telah berlalu menunjukkan tentang
Halaqah7 - Beriman dengan Kitab-kitab Allah Shuhuf Musa dan Kitab Az-Zabur Allah menyebutkan Shuhuf Musa dan sebagian isinya di dalam surat Al-A'la dan An-Najm, sebagaimana telah disebutkan ayat-ayatnya di dalam halaqah sebelumnya. Ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa Shuhuf Musa berbeda dengan At-Taurat, diantaranya adalah Syaikh
Vay Tiền Nhanh. 📘 Silsilah Ilmiyyah 7 Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah 🔊 Halaqah 19 ~ Kitab Al-Quran Bagian 5 السلام عليكم ورحمة الله وبركاتهالحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعينHalaqah yang ke-19 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Dengan Kitab-kitab Allah adalah tentang “Kitab Al-Quran Bagian yang Kelima”Sebagian nama-nama dan sifat-sifat Al-Quran yang telah berlalu menunjukkan tentang kedudukan dan keutamaan Al-Quran, oleh karena itu hendaklah seorang Muslim bersyukur kepada Allah yang telah menurunkan Al Quran kepada diantara cara bersyukurnya adalah dengan menunaikan hak-hak Al-Quran, Dan diantara hak-hak Al-Quran1. Membacanya dengan TartilAllah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirmanوَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا “Dan hendaklah engkau mentartil Al-Quran dengan sebenar-benar tartil.” Al-Muzzammil 4Mentartil artinya membaca dengan pelan, dengan membaca huruf-hurufnya dengan baik dan dengan memperhatikan tempat-tempat wakaf/berhentinya, panjang pendeknya. Sebagaimana dahulu Nabi ﷺ membacanya, Rasulullah ﷺ bersabdaالْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ“Orang yang mahir membaca Al-Quran bersama malaikat-malaikat yang mulia lagi baik. Dan orang yang membaca Al-Quran sedangkan dia masih terbata-bata ketika membacanya dan susah baginya maka dia mendapatkan 2 pahala.” HR Bukhari dan MuslimDua pahala tersebut maksudnya adalah pahala membaca Al-Quran, dan pahala kesulitan yang dia alami,Hendaknya seorang Muslim dan Muslimah, mempelajari ilmu tajwid dari seorang guru yang mumpuni dengan niat supaya bisa membaca Al-Quran tersebut sebagaimana dibaca oleh Rasulullah ﷺ, dan mempraktekkannya dengan sering membaca Al-Quran sehingga semakin mahir dia di dalam membaca di dalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ bersabdaخَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.” HR BukhariDan diantara hak Al-Quran adalah2. MenghafalnyaMenghafal seluruh Al-Quran bukanlah sebuah fardhu ain bagi seorang Muslim, yang wajib adalah menghafal yang dengannya sah shalatnya. Namun tentunya sebuah kemuliaan tersendiri bagi seorang Muslim dan Muslimah ketika Allah memilih qalbunya dari sekian banyak qalbu untuk menghafal Al-Quran Kalamullah Rabbul alamin, membacanya kapan dia kehendaki. Dan semakin banyak dia menghafal tentunya semakin utama. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirmanبَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا الظَّالِمُونَ “Bahkan dia adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada-dada orang-orang yang diberi ilmu dan tidak mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zhalim.” Al-Ankabut 49Dan hendaklah seorang yang menghafal Al-Quran memuraja’ah mengulang-ulang terus apa yang sudah dia hafal, Rasulullah ﷺ bersabdaتَعَاهَدُوْا هَذَا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ اْلإِبِلِ فِي عُقُلِهَا“Hendaklah kalian mengulang-ulang Al-Quran, maka demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya sungguh Al-Quran lebih mudah terlepas yaitu dari qalbu seseorang daripada terlepasnya unta dari ikatannya.” HR MuslimSelain itu, hendaknya orang yang menghafal Al-Quran memperdengarkannya di hadapan Syaikh yang mumpuni dan meninggalkan kemaksiyatan karena kemaksiyatan dengan berbagai bentuknya memperburuk dan mempersulit hafalan yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُAbdullāh RoyDi kota Al-Madinah
بسم الله الرحمن الرحيم السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه Halaqah yang ke lima dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam yang ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah. Setelah kita mengetahui bahwa menyekutukan Allah di dalam ibadah membatalkan keislaman, maka wajib bagi kita mengetahui apa itu ibadah. Orang yang tidak mengetahui makna ibadah, dikhawatirkan dia akan menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah. Ibadah adalah اسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ مَا يُحِبُّهُ اللَّهُ وَيَرْضَاهُ مِنْ الْأَقْوَالِ وَالْأَفعَالِ الظَّاهِرَةِ وَالبَاطِنَةِ “Seluruh perkara yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, baik berupa ucapan maupun perbuatan yang dhohir maupun yang batin.” Kita mengetahui sesuatu ucapan atau perbuatan dicintai dan diridhoi oleh Allah dari kabar yang Allah sebutkan di dalam Al Qur’an atau kabar Rasulullah shallallāhu alaihi wa sallam sebagai utusan-Nya. Terkadang kita mengetahui sesuatu ucapan atau amalan dicintai oleh Allah ketika Allah mengabarkan bahwa Allah mencintai orang-orang yang melakukan perbuatan tersebut, misalnya Allah berfirman, وَٱللَّهُ یُحِبُّ ٱلصَّـٰبِرِینَ [Surat Ali Imran 146] “Dan Allah mencintai orang-orang yang bersabar.” Dalam ayat ini Allah mengabarkan bahwasanya Allah mencintai orang-orang yang bersabar, mencintai sifat sabar. Kalau sabar dicintai oleh Allah, berarti sabar adalah ibadah. Dan kalau ibadah, maka tidak boleh diserahkan kepada selain Allah. Dalam ayat yang lain Allah mengabarkan bahwa Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik Al Baqarah 195. Mencintai orang-orang yang bertaubat dan membersihkan diri dari dosa Al Baqarah 222. Dan terkadang kita mengetahui Allah mencintai sebuah amalan atau ucapan karena Allah memerintahkan dengan amalan tersebut. Dan setiap yang Allah perintahkan berarti dicintai Allah. Dan kalau amalan tersebut dicintai maka amalan tersebut adalah ibadah. Dan kalau amalan tersebut adalah ibadah, maka tidak boleh diserahkan kepada selain Allah. Contoh amalan yang diperintahkan adalah sholat dan zakat. Allah Subhānahu wa Ta’āla mengatakan, وَأَقِیمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ “Dan hendaklah kalian mendirikan sholat dan membayar zakat.” [Al Baqarah 43] Di sini Allah memerintahkan untuk mendirikan sholat dan membayar zakat. Berarti keduanya dicintai oleh Allah, karena Allah tidak memerintahkan kecuali sesuatu yang dicintai dan diridhoi. Berarti sholat dan zakat adalah ibadah, hanya untuk Allah dan tidak boleh diserahkan kepada selain Allah. Dan terkadang kita mengetahui Allah mencintai sebuah amalan ketika Allah memuji orang-orang yang mengamalkannya. Karena Allah tidak memuji kecuali orang-orang yang Dia cintai. Yang mereka mengamalkan apa yang dicintai oleh Allah. Misalnya Allah berkata memuji orang-orang yang menunaikan nadzarnya. یُوفُونَ بِٱلنَّذۡرِ وَیَخَافُونَ یَوۡمࣰا كَانَ شَرُّهُۥ مُسۡتَطِیرࣰا [Surat Al-Insan 7] Pujian Allah Subhānahu wa Ta’āla, mereka adalah orang-orang yang menyempurnakan nadzarnya dan takut dengan suatu hari yang kejelekannya menyelimuti. Pujian Allah Subhānahu wa Ta’āla menunjukkan bahwasanya Allah mencintai orang-orang yang menyempurnakan nadzar dan perbuatan tersebut. Ibadah ada yang berupa ucapan dan ada yang berupa perbuatan. Berupa ucapan seperti mengucapkan tasbih, tahlil, tahmid, bersholawat atas Nabi shallallāhu alaihi wa sallam, membaca Al Qur’an, berdo’a, dll. Berupa amalan seperti melakukan sholat, membayar zakat, berjihad, berhaji, dll. Ibadah ada yang dhohir dan ada yang batin. Ibadah yang dhohir artinya adalah ibadah yang bisa terlihat oleh orang lain, seperti sholat, jihad, dll. Ibadah yang batin adalah ibadah yang ada di dalam hati manusia, seperti tawakal kepada Allah, cinta kepada Allah, takut kepada Allah, kembali atau inabah kepada Allah, dll. Semua ini adalah ibadah. Dan semua ibadah harus diserahkan hanya kepada Allah. Tidak boleh sedikitpun diserahkan kepada selain Allah. Barangsiapa yang menyerahkan sebagian ibadah dari ibadah-ibadah tadi kepada selain Allah, maka dia telah menyekutukan Allah di dalam ibadah, dan ini merupakan pembatal keislaman yang paling besar. Kemudian Syeikh menyebutkan dalil bahwa kesyirikan adalah pembatal keislaman, yaitu firman Allah, إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَغۡفِرُ أَن یُشۡرَكَ بِهِۦ وَیَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن یَشَاۤءُۚ [Surat An-Nisa’ 48 dan 116] “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang di bawah syirik bagi siapa yang dikehendaki.” Allah tidak mengampuni dosa syirik padahal Allah adalah Al Ghofur Yang Maha Pengampun. Dan ini menunjukkan tentang betapa besarnya dosa syirik. Dan yang dimaksud dosa syirik yang tidak diampuni di sini adalah ketika seseorang bertemu dengan Allah dalam keadaan membawa dosa syirik tersebut dan belum bertaubat di masa hidupnya. Dan maksud tidak diampuni adalah dia harus diadzab. Rasulullah shallallāhu alaihi wa sallam mengatakan, مَن مَاتَ وهْوَ يَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ “Barangsiapa yang mati dalam keadaan dia menyekutukan Allah, maka dia masuk ke dalam neraka.” [HR. Bukhari dan Muslim] Seorang yang meninggal dunia dalam keadaan menyekutukan Allah, inilah orang yang masuk ke dalam neraka dan dialah yang tidak akan diampuni. Dalam hadits yang lain, Beliau mengatakan, مَن لَقِيَ اللهَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ “Barangsiapa yang bertemu dengan Allah dalam keadaan dia menyekutukan Allah, maka dia masuk ke dalam neraka.” [HR. Bukhari dan Muslim] Tapi kalau dia bertaubat dari perbuatan syirik tersebut di masa hidupnya, maka Allah Maha Pengampun dan Maha Pemberi Taubat. Sebesar apapun dosanya, baik berupa syirik, kekufuran, kenifakan, kalau dia bertaubat dengan taubat yang nasuha sebelum dia meninggal dunia, maka akan diampuni oleh Allah. Allah berfirman, ۞ قُلۡ یَـٰعِبَادِیَ ٱلَّذِینَ أَسۡرَفُوا۟ عَلَىٰۤ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُوا۟ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ یَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِیعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِیمُ [Surat Az-Zumar 53] “Katakanlah, Wahai hamba-hambaku yang telah berlebih-lebihan terhadap dirinya sendiri melakukan kemaksiatan, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته Abdullah Roy Di kota Pandeglang Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Halaqah yang ke tujuh dari Silsilah Ilmiyyah Beriman dengan para Rasul adalah tentang “Cara Beriman dengan Para Rasul Bagian 5”. Diantara cara beriman dengan para Rasul adalah waspada dari ghuluw atau berlebihan terhadap para Rasul alaihimussalam, seperti menganggap beliau mengetahui yang ghaib atau mensifati beliau dengan sifat-sifat ketuhanan dan Allah azza wajalla telah melarang ahlul kitab dari sikap ghuluw dengan firman-Nya, يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ ۚ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۖ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ ۚ… [QS An-Nisa’ 171] “Wahai ahlul kitab janganlah kalian berlebih-lebihan di dalam agama kalian dan janganlah kalian berkata atas nama Allah kecuali kebenaran. Sesungguhnya Isa bin Maryam adalah Rasulullah dan kalimat-Nya yang dia lemparkan kepada Maryam dan dia adalah Ruh dari-Nya maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian katakan Tuhan itu tiga… ” Dan Rasulullah ﷺ telah melarang kita untuk mengikuti langkah-langkah mereka. Beliau ﷺ bersabda, لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ. ”Janganlah kalian memujiku dengan berlebihan, sebagaimana orang-orang Nashrani berlebih-lebihan di dalam memuji Ibnu Maryam, sesungguhnya aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” [Hadits Shahih riwayat Al Imam Al Bukhori] Dan diantara bentuk ghuluw orang-orang Nashrani adalah mengatakan Isa anak Allah, orang Yahudi mengatakan Uzair adalah anak Allah. Allah berfirman, وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ [QS At-Tawbah 30] “Telah berkata orang-orang Yahudi bahwa Uzair adalah anak Allah dan berkata orang-orang Nashrani bahwa Al Masih adalah anak Allah. Demikianlah ucapan-ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka, mereka menyamai ucapan orang-orang yang kafir sebelum mereka, Allah melaknat mereka, lalu bagaimana mereka berpaling?” Padahal para Rasul alaihimussalam tidak memiliki sedikit pun sifat Rububiah dan Uluhiyah, yaitu sifat-sifat Ketuhanan. Mereka tidak mengetahui yang ghaib kecuali setelah diberi tahu oleh Allah azza wajalla. Allah berfirman, عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِنْ رَسُولٍ… [QS Al-Jinn 26-27] “Dialah Allah yang mengetahui perkara yang ghaib maka tidaklah Dia menampakkan perkara yang ghaib kepada siapapun, kecuali orang yang Allah ridhai dari kalangan para Rasul.” Dan mereka juga tidak bisa memberikan manfaat dan mudhorot kecuali dengan kehendak Allah. Allah berfirman, قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ [QS Al-A’raf 188] “Katakanlah aku tidak memiliki untuk diriku sendiri manfaat dan mudhorot kecuali apabila Allah menghendaki dan seandainya aku mengetahui perkara yang ghaib niscaya aku akan memperbanyak kebaikan dan tentunya aku tidak akan ditimpa kejelekan. Tidaklah aku kecuali sebagai pemberi peringatan dan pemberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.” Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته Abdullah Roy Di kota Al-Madinah Materi audio ini disampaikan di dalam Grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy.
hsi 7 halaqah 5